ELEGI

Terhitung sekian hari telah terlewatkan

Energi dalam jiwa pun mulai terkikis perlahan

Seperti kayu yang  lapuk karena panas dan hujan

Satu persatu energi mulai gugur

Kelopak bunga di bulan juni mulai kering dan menghitam

Seakan meramalkan kejadian yang akan datang

Rasa yang pernah mendulang jiwa

Hingga sentuhan lembut dari berbagai warna yang pernah ada

Energi yang selalu penuh disaat pertemuan tiba

Dari setiap bulan yang selalu menahan renjana

Hingga sukma mulai meronta

Aku yang selalu bertahan disaat badai datang

Berdiri tegar agar tak jatuh dan tenggelam ke dalam samudera yang teramat dalam
Tapi mengapa kini malah dia yang kau ikat agar badai tak menerjang?

Seorang yang pandai menyelam, malah kau selamatkan?

Elegi jiwa

Yang terkikis habis tanpa tatap tanpa sentuhan

Pamit tanpa pesan, pamit tanpa raga

Berusaha memenangkan rasa ego yang memuncak

Berteriak mendengungkan gendang telinga hingga mendebarkan hati yang mulai sayup

Mendatangkan rasa takut dan resah yang mendalam

Menimbulkan trauma jiwa yang mulai menghantam

Hingga menggoreskan cerita yang tak pernah berujung  akhirnya

Tertanda,

Penulis yang menuliskan tulisannya untukmu